SELAMAT DATANG DI CYBER MEDIA KP HMI CABANG YOGYAKARTA

20 Maret 2009

Meneropong gerakan mahasiswa; Kini dan masa depan

oleh: Zuberi

“Zaman tidak bisa dilawan”. Begitulah slogan baru Koran (Kompas ) ternama bangsa ini. Dengan lasan itu pula menganti formal, rubric, halaman dsb demi memenuhi tuuntutan pelanggan, agar enak dibaca, enak dilihat dan mudah dicerna. Ini merupakan tuntutan masyarakat yang semakin instant yang disebabkan desakan waktu, desakan ruang yang paling penting adalah desakan kebutuhan.

Begitu juga dengan gerakan mahasiswa yang selama ini dikatakan sebagai agen perubahan (agen of change) atau agen penggerak (agen of movement) memperlihatkan wajah lesuhnya dalam merespon, menganalisis dan mengawal demokrasi yang semakin tidak jelas arah dan tujuannya.
Sebagai agen perubahan mahasiswa tidak melakukan perubahan-perubahan yang signifikan dalam merespon tuntutan zaman, sehingga gerakan mahasiswa kehilangan taring ” kegarangan” yang pernah berjaya pada tahun 1998 lalu. tapi apa yang terjadi sekarang ?, mahasiswa tidak lagi mempunyai suara lantang dengan berteriak “lawan” yang dulu menjadi senjata paling ampuh dalam mengawal dan menyuarakan aspirasi rakyat.

Gerakan mahasiswa sudah banyak memintah-minta “menengadah” terhadap partai politik dan rela melepas idelisme gerakan demi iming-iming jabatan (kekuasaan) untuk masa yang akan datang. Ini fenomena yang terjadi kini. Jangankan teriak lawan, bicara tidak sepakat atau tidak setuju saja tidak berani!. Maka kalau kondisi ini berlarut-larut gerakan mahasiswa akan mengalami mati suri, artinya hidup enggan dan mati tak mau. kalaupun hidup hanya sebatas meneguhkan eksistensi gerakan saja, tanpa wujud dan kontribusi terhadap perubahan masyarakat.

Dari pemaparan diatas, dapat kita tangkap bahwa fenomena gerakan mahasiswa terkesan stagnan dan tidak mempunyai strategi gerakan dan strategi perubahan dalam merespon zaman dan kejadian yang silih berganti bagai siang dan malam tanpa ada sebuah pertanyaan kritis yang diajukan; Misalnya mengapa BBM naik lagi? mengapa Pemerintah memutuskan untuk mendatangani nota kesepahaman atau MOU ?, mengapa korupsi tidak ujung selesai dalam memberantasan?, mengapa biaya sekolah ’kuliah’ begitu melangit?. Mengapa mahasiswa ingin cepat selesai kuliah, nilai bangus dan cepat dapat kerjaan?. Sekian banyak pertanyaan yang dapat kita ajuan dalam mengerti gejala-gejala yang terjadi dalam realitas social-kemasyarakatan.

Maka, agar pembicaraan tidak panjang lebar, kami akan membatasi persoalan yang menyangkut gerakan mahasiswa akhir-akhir ini pada wilayah; pertama, benarkah gerakan mahasiswa mengalami stagnasi gerakan. Kedua, apa penyebab gerakan mahasiswa mengalami degradasi. Ketiga, bagaimana menanggulangi kegamangan gerakan mahasiswa? Dan keempat, bagaimana tantangan apa yang akan dihadapi gerakan mahasiswa kedepan?.

B. Asumsi Gerakan Mahasiswa
Banyak sekali asumsi yang diberikan masyarakat kepada gerakan mahasiswa akhir-akhir ini, antara lain pertama, gerakan mahasiswa mengalami kemunduran gerakan. Hal ini disebabkan gerakan mahasiswa tidak lagi memperjuangkan dan membela kepentingan rakyat secara praktis dilapangan, sehingga masyarakat tidak lagi dapat menikmati apa yang dilakukan oleh mahasiswa. Dari segi ini, benar bahwa gerakan mahasiswa mengalami kemunduran.

Asumsi kedua, gerakan mahasiswa tidak lagi mempunyai tawaran ide atau gagasan kepada Negara untuk menyelesaikan agenda-agenda kedepan. Ini juga benar. Buktinya, gerakan mahasiswa kehilangan orientasi apa yang seharusnya diperbuat. Dan bisa jadi gerakan mahasiswa kurang bisa mengemas ide atau gagasan secara baik dan cantik sehingga dapat dipahami oleh masyarakat maupun pemerintah, yang nantinya dijadikan sebagai modal untuk mendorong gerakan social kemasyarakatan kedepan.

Asumsi ketiga, gerakan mahasiswa menjadi underbow partai politik. Sehingga gerakan-gerakannya terkesan hanya bersifat politis dan penuh kepentingan. ini tidak sepenuhnya benar. Dikatakan Benar dalam arti bahwa gerakan mahasiswa bergerak hanya berdasar kepentingan politik atau suatu partai tertentu yang ujungnya adalah kekuasaan. Salah, kalau dikatakan semua gerakan mahasiswa mempunyai “bapak angkat” dalam gerakan social. Hal ini bisa dibuktikan dengan; “ kalau gerakan mahasiswa sesuai dengan gerakan partai politik baik visi, gerakan, kepentingan maupun model-modelnya”. Dan gerakan mahasiswa tidak diberi kewenangan atau otonomisasi dalam menentukan gerakan.

Semua asumsi diatas merupakan realitas yang sedang menimpa gerakan mahasiswa. Dan gerakan mahasiswa mencoba untuk keluar dari asumsi ataupun stereotip yang diberikan masyarakat. Dan sekali lagi masyarakat tidak bisa disalahkan, karena masyarakat berangkat dari realitas terutama dalam pemilu 2004 kemarin. meskipun tidak sepenuhnya benar!.
Oleh sebab itu, gerakan mahasiswa harus menunjukkan bagaimna seharusnya menempatkan diri dalam kondisi dan situasi yang satu sisi tetap memperjuangkan idealisme demokrasi, disisi lain tetap menyuarakan aspirasi rakyat serta mengawal jalannya demokrasi pemerintahan.

C. Penyebab degradasi gerakan
Ada banyak hal sebenarnya yang menyebabkan gerakan mahasiswa kalau dikatakan degradasi atau penurunan. salah satu yang paling menonjol adalah gerakan mahasiswa sudah tidak banyak melakukan kajian-kajian atau anlisis yang intensif terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi dinegara ini. Hal ini berakibat gerakan mahasiswa mengalami kebuntuhan-kebuntuhan lahan geraknya, yang awanya sebagai penyadaran politik ke masyarakat dan bersikap kritis kepada pemerintah menjadi hilang.

Kedua, gerakan mahasiswa kurang melakukan konsolidasi demokrasi antar gerakan mahasiswa. Konsolidasi dalam artinya gerakan melakukan komunikasi efektif terhadap perubahan yang terjadi baik dimasyarakat maupun pemerintah sebagai upaya merespon dan ikut andil dalam perubahan. Sekarang malah sebaliknya, Adapun konsolidasi hanya dilakukan pada saat mempunyai kepentingan tertentu misalnya Tolak BBM, Tolak IMF, tolak UU air dsb.selebihnya tidak. Padahal banyak hal yang bia dilakukan oleh organ mahasiwa contohnya bagaimana menumbuhkan sikap kritis mahasiswa dan tidak cuek terhadap realitas (apolitis), bagaimana strategi kebudayaan dalam membentuk maysrakat sipil yang demokratis, bagaimana mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang tidak memihak kepada kaum lemah dsb. Pada wilayah ini gerakan mahasiswa sangat lemah, maka jangan heran kalau ditingalkan oleh masyarakat atau tidak dipercaya oleh masyarakat.

Ketiga, gerakan mahasiswa kurang cepat dalam mengakses informasi yang setiap detik akan berubah. Artinya, ketika perubahan yang terjadi setiap detik dan kita tidak mengetahuinya maka secara otomatis kita kehilangan satu kesempatan untuk merespon. Contoh, beberapa hari lalu terjadi kenaikan harga minyak luar negeri sampai 68 persen perbarel, yang mempunyai implikasi minyak dalam negeri mengalami kenaikan. Dan pemerintah akan menaikkan kembali harga minyak, Tapi apa yang dilakukan oleh gerakan mahasiswa?.

Keempat, gerakan mahasiswa mengalami degradasi intelektual. Intelektual ini kami artikan sebagai modal dasar untuk mengetahui ke-ilmuan atau pemikiran yang sedang berkembang yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan dimasyarakat, baik agama, social, politik dan ekonomi. Karena masing-masing keilmuan mengalami perkembangan dalam merespon dan menjawab tantangan zaman. Kalau pengetahuan ini tidak dipunyai mahasiswa bagaimana bisa meneropong realitas didekat kita atau yang menimpa kita.

Anehnya, sindrom yang menjangkiti gerakan mahasiswa adalah kalau peristiwa atau kejadian tidak menimpa atau tidak memberi dampak secara langsung kepada kita, seakan-akan kita tidak mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan. Mentalitas seperti ini sangat berbahaya dalam perkembangan gerakan mahasiswa kedepan. Contoh, baru kalau ada biaya tambahan yang merupakan kebijakan kampus dan itu memberatkan mahasiswa atau dirinya, maka beramai-ramai menolak mati-matian. Tapi tidak diperlakukannya UU tentang alokasian dana pendidikan 20% mahasiswa diam saja.

Apa yang seharusnya kita lakukan sekarang?. Dan siapa yang seharusnya memulai ?, pertanyaan inilah yang seharus kita jawab bersama.

D. Tawaran solusi
Dr. Ali syari’ati mengatakan bahwa untuk menjawab persoalan diatas kita harus melakukan penguatan paradigma, cara pandang dan membangun kerangka berpikir yang sistematis dan holistik dalam merespon tantangan zaman. Dari sini dapat dilihat bahwa suatu organisasi mahasiswa akan semakin diperhitungkan dalam masyarakat jika organisasi tersebut mempunyai kapasitas pemahaman dan pemaknaan yang komprehensif dalam merespon peristiwa secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang bersangkutan dengan rakyat.

Hal ini dapat terwujud kalau gerakan mahasiswa atau individu –individu yang ada dalam suatu organisasi telah tercerahkan secara pengetahuan dan wataknya. Tercerahkan secara pengeatahuan dapat diartikan sebagai mahsiswa yang telah menguasai prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan, baik politik, social, ekonomi dan agama dsb.dan yang terpenting adalah mempunyai semangat jihad atau progresifitas dalam perubahan tatanan masyarakat yang dicekam oleh system kapitalistik.

Sedangkan watak yang tercerhkan adalah sikap mahasiswa yang konsisten dan kontinyu dalam melakukan perubahan-perubahan yang mendasar yang telah diyakini kebenarannya. Sehingga gerakan ini massive dan tidak terpengaruh oleh gejalah social sesaat.

Tapi sebaliknya, ketika gerakan mahasiswa tidak mempunyai minimal dua hal tersebut, akibatnya gerakan mahasiswa akan menjadi gerakan yang gampang teroptase (dipengaruhi) oleh kepentingan-kepentingan yang berujung kepada kekuasaan bukan kepentingan rakyat.

E. Tantangan Masa Depan
Gejala yang menarik diakhir abad XX adalah semakin menepisnya batas-batas anatar bangsa, dan melemahnya factor jarak sebagai salah satu unsur dalam hubungan antar manusia. Maka minimal ada lima fenomena penting yang harus kita bicarakan dalam menandai decade terakhir dan akan menghantarkan kita memasuki abad XX. Kelima fenomena tersebut adalah:

Pertama, Terjadinya perbenturan nilai sebagai akibat dari terbukanya semua saluran interaksi manusia. Kecenderungan pecahnya kepribadian manusia. Seperti telah mengikisnya nilai-nilai keagamaan, mengakibatkan terjadinya perpecahan ditubuh ummat islam sendiri. Dikarenakan pemahaman yang berbeda-beda, tanpa pernah dikomunikasikan dengan pemahaman yang lain. Sehingga kasus-kasus penyerangan kepada pemahaman keagamaan terjadi akhir-akhir ini. Seperti kasus Ahmadiyah, Fatwa MUI, pengkafiran suatu golongan dsb. gejala ini menjadi tanggungjawab kita bersama untuk mencari solusi yang tepat untuk kedepan.

Kedua, Pemasyarakatan dan penggunaan teknologi, terutama yang berkaiatan dengan upaya manusia mempermudah proses hidup dan berkehidupan., akan semakin luas dan cepat. Ditambah dengan persaingan guna merebutkan pasar bagi produk teknologi, kecenderungan ini menuntut manusia untuk selalu melakukan pembaharuan-pembaharuan metode dan peralatan guna memecahkan berbagai persoalan kehidupan. Dan salah satu alat yang paling strategis adalah pendidikan.

Bagaimana pendidikan tidak hanya sebagai alat produksi sarjana-sarjana saja, tetapi pendidikan dituntut untuk bisa melaukan pembaharuan dan bisa merespon serta mengntisipasi kehidupan mendatang. Bukan seorang sarjana atau seorang yang terdidik duduk termangu tidak tahu apa yang akan dilakaukan. Maka dia akan terkucil dari kehidupan masyarakat.

Ketiga, Perbaikan metode dan cara kerja yang berkaitan dengan upaya menusia memanage hidup dan kehidupan. Sehingga kita dapat merespon secara cepat dan orang yang terlambat untuk mengetahui perkembangan zaman akan semakin tertinggal dan ditinggalkan. Maka fungsi pendidikan adalah sebagai upaya dasar untuk mengembangkan sekaligus mencari pola yang efektif dalam menghadapi zaman. Karena perkembangan zaman tidak dapat kita tolak mentah-mentah. Dan barang siapa menolak mentah-mentah yang tersingkir oleh zaman.

Keempat, Meningkatnya kesadaran global tentang pentingnya demokrasi dan hak asasi manusia. Konsekuensinya, tuntutan demokrasasi semakin meluas dan cepat, sehingga kita harus mempunyai kesadaran yang meng-Global dalam kehidupan. Seperti kesadaran kebudayaan, seni, filsafat, sejarah dsb.

Kelima, Terbukanya pintu perdagangan bebas itu sendiri yang konsekuensi logisnya teramat jelas, yaitu terjadinya persaingan kualitas secara sangat ketat. Dan barang siapa yang ingin tetap survive harus mempunyai kapsitas yang memadai dalam persaigan nantinya.

F. Salam penutup
Zaman tidak bisa dilawan, tetapi zaman tetap bisa kita kendalikan. Demikian uraian yang sedikit ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi ita semua. Amin.


Zubaeri: Cantrik Padepokan Syekh Siti Jenar

0 komentar: