SELAMAT DATANG DI CYBER MEDIA KP HMI CABANG YOGYAKARTA

04 Agustus 2008

Menyegarkan Kembali Keyakinan Muslim

Oleh: Zubaer At

Keyakinan adalah pengikat esensi manusia dengan Tuhan. Yang disebut Pengikat adalah sesuatu yang lebih kuat dari rasa lapar, rasa sakit, keinginan, rasa marah, rasa sedih, rasa prihatin, rasa frustasi dan apapun. Agar teruji sejauh mana keyakinan atau kepercayaan kepada sesuatu yang Maha dari lainnya.

Sebagai contoh tradisi jepang, ketika seseorang membuat kesalahan yang berakibat menyakiti orang lain apalagi bangsanya, maka orang tersebut dituntut secara tradisi dan kepercayaan untuk bunuh diri, sebagai penebusan dosa mesti tidak sebanding dengan kesalahan.tapi bunuh diri dalam konsep tradisi jepang adalah suatu kepercayaan Adiluhung yang harus dipertahankan untuk menjaga keimbangan kosmologi.

Berbeda dengan orang Islam, seorang muslim ketika meyakini betul akan keber-Islam-an, maka dia harus rela dan ikhlas melepaskan jasadnya untuk meluhurkan batinnya agar diberikan kepada sang pencipta. karena segala sesuatu yang berikan kepada manusia dari Tuhannya merupakan fasilitas dan sarana untuk beribadah,tidak kurang dan tidak lebih, ketika ada peluang berkorban, maka seorang muslim haruslah Fastabikul khoirot dalam menyambutnya. hal ini dalam Islam merupakan hadiah diatas hadiah yakni bertemu dengan wajah pengikat Awal-akhir sewaktu berikrar setia dimana saat masih berupa janin yang suci.

Wajar, ketika Umat Islam mengajarkan rukun Islam, pertama adalah syahadatain; ashadu alla ilaha illallah, waanna Muhammad Rasulullah yang mempunyai dua makna pokok, pertama, bahwa manusia bersaksi, berjanji dan bersumpah tidak ada apapun yang dapat menjadi tuhan selain Allah. Syahadah pertama ini sebagai pengikat seseorang dengan sesuatu yang abtrak atau ghaib, maka ketahuilah bahwa yang ghaib tidak bisa didekati dengan sesuatu yang material,maka haruslah didekati dengan keghaiban yang kita miliki, hal ini sering disebut dengan mistisisme atau spiritualitas.

Kedua, mempunyai makna lebih kongkrit dari yang pertama yakni Muhammad yang berbentuk manusia sebagaimana kita harus kita percayai sebagai pembawa risalah Allah di bumi, sehingga manusia tidak ada alasan lagi untuk menolak ataupun tidak melaksanakan perintah/ajaran yang diajarkan beliau sebagai hukum atau norma agar keseimbangan manusia dengan alam, manusia dengan sesamanya dan Tuhannya dapat terwujud.sebaliknya, ketika manusia melanggar maka kehancuran dan bencana akan terjadi dimana-mana. percayalah dari pernyataan diatas menyatakan bahwa apapun yang terjadi dalam diri manusia dhahir dan batin, internal ataupun eksternal adalah perbuatan manusia itu sendiri.

Kembali lagi kepada keyakinan, manusia akhir-akhir ini secara fenomenologis telah banyak meninggalkan atau melanggar janji-janji kepada sang pengikat, wajar jika manusia semakin hari semakin tidak menunjukkan kediriannya, tapi sebaliknya menunjukkan wajah garang seperti segala sesuatu dihadapannya adalah makanan.tanpa aturan.tanpa memperdulikan satu sama lain.

Sebagai muslim yang baik, untuk mengetahui lebih dalam tentang keyakinan maka yang harus dilaksanakan adalah memahami secara konseptual-akliyah tentang kesadaran keber-tuhanan. Kesadaran ini akan dapat dimengerti seseorang ketika dia mau dan sungguh-sungguh mempelajari sejarah-sejarah konsepsi akan kebertuhanan bukan tuhan.sebagaimana karen amstrong dalam buku-bukunya,mesti non-muslim, dia sangat bagus memberikan eksplorasi akan kebertuhanan berbagai agama walau secara pengalaman mistis keberislaman tidak banyak ditampilkan. Kita tahu, bahwa mistis adalah inti ajaran,salah satu contohnya adalah manunggal.
Nah, ketika telah mengerti tentang kesadaran kebertuhanan, seseorang harus dapat mempelajari atau menjelaskan akan pengaruh dan perkembangan kebertuhan tadi dalam mempengaruhi manusia yang berimplikasi kepada perubahan di masing-masing zaman. Hal ini penting, untuk mengetahui sejauhmana suatu konsepsi diterapkan dalam keseharian.dan juga sejauhmana memberikan kesadaran baru akan keberanekaragaman ekspresi keberagamaan manusia.kalau ini terjadi, maka tidak ada lagi klaim kebenaran satu ekspresi, yang ada adalah kesalingmengertian sehingga spiritualitas dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam keseharian.

Kalau kita masih ingat, bagaimana isu-isu islamisasi dikembangkan, bagaimana pengilmuan Islam ditunjukkan, bagaimana liberalisasi hidup dan bagaimana reaksi masyarakat muslim tentang hal-hal tersebut diatas. Nyata, aneh atau menggembirakan,hanya orang yang mempunyai kesadaran keagamaanlah yang akan tertawa dan berkata "alhamdulillah", sambil mengatakan dalam hati dengan mengutip hadis nabi;"baik-baik seorang muslim bukan orang yang dekat dengan aku (nabi) sekarang,bukan orang soleh sekarang, tapi seorang muslim yang hidup diakhir zaman dan jauh dari saya tapi tetap konsisten menjalankan sunnah-sunnahku secara keseluruan".

Jika, isu-isu, konsepsi dan perkembangan keberislaman telah ditangkap menjadi kesadaran keseharian, maka waktunyalah seorang muslim yang berkaitan dengan keyakinan dapat mengeksplorasi pengalaman-pengalaman religiusitasnya serta mengpresiasikan dengan muslim yang lain, agar dari pengalaman tersebut dapat membuahkan hikmah-hikmah yang dapat mengembangkan religiusitas yang lainnya. kadang memang pengalaman lebih penting daripada konsepsi pengetahuan.apalagi yang terkait dengan rasa.

Sampai ke Rasa inilah, seorang muslim menguji keyakinannya.apakah betul-betul menyakini akan Tuhannya hanya sekedar ucapan-ucapan dan tindakan-tindakan yang omong-kosong,hampa dan tidak bermakna atau mutiara. Buktinya kongkritnya sederhana, yakni apakah seseorang tersebut istiqomah, konsisten dan berpegangteguh terhadap keyakinan tersebut dengan amal soleh atau apa!.artinya, orang tersebut selalu dan dimanapun melakukan tindakan-tindakan yang tidak mementingkan diri sendiri atau serakah apalagi sampai-sampai tidak mau berbagi dengan yang lain, dengan kesadaran bahwa alam semesta terbatas sedang kita hidup bersama maka berbagi adalah keniscayaan.

Rasa dalam keyakinan bukanlah selera yang dapat seenak perut kita memilih dan mencicipi, tapi rasa dalam keyakinan muslim adalah kedekatan atau kemelekatan selalu dengan tuhannya, tanpa mempedulikan apa yang Dia kasih atau wujud apa yang kita terima.kita hanyalah debu yang menempel dibebatuan lalu kena hujan, tak bermakna dihadapan tuhan.
Sampai sejauh inikah keyakinan kita diujikan!.

Rasa itupun tidaklah cukup untuk menjelaskan keluasan dan pentingnya suatu keyakinan, karena setelah rasa ada kerinduan yang mendalan akan inti kehakikatan wujud kemanusian, bukan meniadakan potensi atau unsur hawa setanian yang ada dalam diri manusia itu salah,tapi bagaimana seoarang selalu mengatakan "tidak" kepada melupakan Allah. Dan selalu ingin dan ingin bersama.

Satu tingkat lagi dari kehakikatan keyakinan adalah kema’rifatan yang didambakan. Kema’rifatan bukanlah pelajaran yang dapat dipelajari secara tekstual dalam buku-buku tapi lebih banyak berbentuk Riyadho atau latihan-latihan ketiadaan diri atau lebih tepatnya penyingkapan tirai-tirai keilahian yang ada dalam keinsanian.
Wallahu a’lam.

Bagaimana menjelaskan
Dari penjelasan diatas, saya ingin mengatakn bahwa materi keyakinan muslim yang harus disampaikan adalah pertama,makna dasar dari keyakinan dan implikasinya. Kedua,konsepsi-konsepsi kebertuhanan manusia dari masa-kemasa. Ketiga,sejauhnya pemahaman konsepsi kebertuhanan mempengaruhi zaman dan coraknya. Keempat,bagaimana kita memahami isu-isu atau fenomena keagamaan yang terjadi disini (Indonesia) dengan wilayah lain seperti timur tengah, malaysia dll.kelima, bagaianmana kita dapat menumbuhkan peserta untuk shering tentang pengalaman religiusitas agar dapat memetik hikmah-hikmah. Keenam, pemateri dapat menumbuhkan imajinasi-kereatif kepada peserta bagaimana para salik menempuh jalan menuju ilahi.

Adapaun metode menjelaskan harus sesuai dengan kemampuan pemateri dalam arti keilmuan yang ditekuni. tapi harus diingat jangan sampai satu corak pemikiran saja yang ditampilkan.contohnya, dalam menjelaskan pemikiran ada baiknya menggunakan filsafat sebagai media, menjelaskan pengalaman dengan tasawwuf, menjelaskan realitas dengan fakta-fakta sosial yang sedang berkembang, dan jangan lupa dengan dalil-dalil al-Qur’an seminimal mungkin dapat juga di tunjukkan.

Disampaikan pada Trainer of Trainer KPC HMI Cabang Jogjakarta pada tanggal 15 Maret 2008

0 komentar: