SELAMAT DATANG DI CYBER MEDIA KP HMI CABANG YOGYAKARTA

27 Februari 2012

PIDATO KETEGARAN ZAINAB BINTI ‘ALI BIN ABU THALIB kw

sumber: as-Saiyidatu Zainabu, Bathalatu Karbila’
Prof. Dr. ‘Aisyah Abdurrahman Bintusy Syathi’


(setelah pertempuran di front agung Karbala, Zainab binti ‘Ali bin Abu Thalib ra, satu dari beberapa tawanan yang selamat dari keturunan Rasulullah saw, menjawab olok-olok Yazid bin Muawiyah, Khalifah bani Umayyah waktu itu, yang sambil mengguris-guris gigi Husin dengan tongkatnya, ia berkata: “Kiranya nenek moyangku yang gugur di perang Badar dahulu, dapat menyaksikan…”.).

“Maha Benar Allah, wahai Yazid !

“kemudian kesudahan orang orang yang jahat itu adalah buruk, bahwa mereka mendustakan ayat-ayat Allah, dan selalu memperolok-olokkan ayat-ayat itu”.(QS. Ar Rum: 10).


Apakah engkau mengira, wahai Yazid,
bahwa pada waktu kami disiksa,
di atas bumi dan di kolong langit ini,
sehingga kami digiring seperti menggiring tawanan,
apakah engkau mengira,
bahwa Allah telah menghinakan kami dan memuliakan engkau?

Engkau mengira bahwa itulah tanda kebesaran dan kewibawaanmu,
lalu engkau mengangkat hidungmu tinggi-tinggi,
merasa kagum melihat kebesaranmu,
merasa riang gembira karena melihat dunia ini dijalin untukmu,
dan segala urusan disusun dibawah telapak kakimu?

Sungguh jika Allah membiarkan engkau,
maka hal itu hanyalah sesuai dengan Firman-Nya,

“janganlah orang-orang kafir itu mengira bahwa Kami memperlambat siksa mereka itu untuk kebaikan bagi diri mereka, sesungguhnya kami memperlambat siksa mereka itu supaya dosa mereka bertambah banyak, dan untuk mereka itulah siksa yang hina”. (QS. Ali Imran: 178).

Apakah termasuk keadilan,
wahai putra wanita yang bebas,
bahwa engkau menempatkan putri-putri dan dayang-dayangmu dalam kamar pingitan,
lalu engkau menggiring putri-putri Rasulullah saw sebagai tawanan,
engkau merobek tabir yang melindungi mereka,
membuat suara mereka sampai parau karena menangis,
dalam keadaan bersedih hati dibawa lari oleh unta,
terbuka diatasnya,
dipersaksikan dengan bersorak sorai oleh musuh-musuh mereka,
dari satu kota ke kota lain,
tidak ada yang mengawasi dan mengurus penginapan mereka,
dipandang sepuasnya oleh orang-orang yang jauh dan yang dekat,
tanpa didampingi seorangpun laki-laki yang dewasa,
yang dekat hubungan kekeluargaanya dengan mereka.

Pantaskah engkau berkata: “kiranya nenek moyangku yang gugur dalam perang Badar itu dapat menyaksikan…”,
tanpa merasa berdosa, tanpa merasa segan, sambil mempermainkan gigi Abu Abdullah, Husin, dengan tongkatmu?

Kenapa pula tidak pantas ya,
memangnya engkau sudah membuat luka itu bernanah kembali,
engkau sudah menumpas kami sampai ke akarnya,
dengan menumpahkan darah-darah yang suci ini,
darah bintang-bintang bumi keturunan Abdul Muthalib?

Sungguh, kelak engkau juga akan kembali kepada Allah,
seperti mereka ini,
dan pada saat itu engkau akan ingin,
menjadi orang yang bisu dan buta…!

Wahai Yazid !

Engkau hanya merobek kulitmu sendiri dan menancapkan tombak kedalam dagingmu sendiri !

Mau tidak mau kelak engkau akan datang menghadap Rasulullah saw,
dan akan menemukan keluarga-keluarga beliau berada di sekelilingnya,
di hadirat Ilahy Yang Maha Kudus,
disaat-saat Allah menghimpunkan kembali,
kesatuan mereka setelah sekian lama terpisah-pisah,

“janganlah engkau mengira bahwa mereka yang terbunuh di jalan Allah itu sudah mati, malahan mereka hidup, mendapat rezeki dihadapan Tuhan mereka”. (QS. Ali ‘Imran: 169).

Engkau dan orang yang menempatkan engkau pada jabatanmu ini,
dan yang memberi kesempatan kepadamu untuk berleluasa terhadap jiwa kaum Muslimin,
semuanya kelak akan tahu,
pada saat kita diadili,
disaat Hakimnya adalah Tuhan kami,
dan lawanmu bertengkar adalah Kakek kami,
kelak anggota-anggotamu akan menjadi saksi terhadap kejahatanmu,
engkau akan tahu siapa diantara kita yang lebih buruk tempatnya dan lebih lemah pasukannya….!

Jika di dunia ini engkau merasa menang,
kelak di akhirat engkau akan kalah,
disaat-saat engkau hanya menghadapi perbuatan yang telah engkau lakukan;
engkau akan minta tolong kepada putera Marjanah, Ubaidullah ibn Ziyad,
dan dia juga akan minta tolong kepadamu !


Engkau kelak akan menjerit di hadapan timbangan pahalamu,
karena engkau akan menemukan disana,
bahwa perbekalan yang paling bermutu,
yang akan engkau bawa kesana adalah membunuh keturunan Nabi Muhammad saw.

Sungguh, demi Allah, saya tidak takut kecuali kepada Allah,
maka dari itu perbuatlah tipu dayamu sekuat tenagamu dan sekuat hatimu !

Sungguh, demi Allah,
tidak akan tanggal dari badanmu celaan terhadap perbuatanmu kepada kami selama-lamanya”.

(at-Thabary dan Ibnu Atsir berkata: “… rakyat Kufah diam membisu, setelah mendengar suara Zainab itu, selama dua tiga bulan, mereka merasa seolah-olah dinding rumahnya berlumuran darah, setiap terbitnya matahari, sampai matahari itu naik… !).

18 Februari 2012

Muhammad Zuhri; Guru Pengantar Jalan Pulang


Oleh: Zubairi (Anggota KPC HMI Yogya)


Sufi is love, beauty and harmoni
(Pak Muh)

Pak muh, sapaan akrab para murid Muhammad zuhri. Menurutnya, Islam adalah ajaran Nabi Muhammad pertama. Addinul Islam. islam juga bersumber dari seorang nabi penutup, Muhammad. Islam juga diajarkan melalui wejangan satu, dari dawuh Muhammad.
Islam disampaikan dengan kalimat yang sama kepada sahabat yang empat, Abu bakar Asshiddiq (Pembenar), Umar al-Faruq (pembeda antara haq dan batil), usman bin affan (dermawan) dan Ali Radhiallahuanhu (ridha dari Allah), tetapi menjadi pribadi-pribadi yang berbeda.


Pak muh, menyampaikan bahwa Islam harus kembalikan sebagaimana islam pada awalnya diajarkan. Ketika orang sudah melakukan ibdah dalam islam, sholat misalnya, akan menjadi sosok yang benar-benar menjadi diri sendiri mengungkapkan potensi dirinya. Dengan begitu, tidak ada orang yang beribadah tak berubah lebih baik.
Meski kenyataannya, ada islam garis keras, islam moderat, islam liberal, islam tarikat, islam fiqh dan banyak lainnya. Padahal kata pak muh, Islam itu satu yang mengandung semua itu. Tidak membeda-bedakan. Rukun Islam dan rukun Imannya juga sama.
Tidak ada yang beda. Semua manusia harus disayangi sebagaimana diri sendiri. Alam semesta harus dijaga untuk keberlanjutan semesta lebih baik.rahmatan lil alamin. Islam diberikan kepada Nabi Muhammad bukan hanya untuk orang Islam saja, tapi untuk semua. Berarti bukti kenrislaman kita menghormati orang islam dan orang di luar islam. sama.
Dalam pengajiannya, pak muh ingin mengajak manusia menjadi hamba dengan melakukan amal kebaikan (amal soleh). karena dengan amal sholeh tersebut manusia akan mengetahui jalan pulang, innalillahi wainna ilaihi rajiun.
Makanya, setiap manusia mempunyai jalan (tarekat)-nya masing-masing, tentu melalui amal soleh. karena amal soleh adalah respon (situasi dan kondisi) peristiwa agar peristiwa tersebut bisa mengembangkan diri dan orang sekitar.
Tarekat yang pak muh maksud, bukan tarekat kelembagaan, itu sah-sah saja selama sambil melakukan suluk tarekat bisa berkembang baik secara diri dan kontribusi kepada lingkungan untuk berkembang. Semua itu tidak lain, hanyalah mencari jalan pulang, ma’rifat kepada Allah yang lebih cepat.
Topik Utama
Pak Muh, adalah guru ngaji yang mengajarkan pencerahan, baik secara akal dan ruhani. Tak heran, jika dalam penyampaian yang lembut, mengajak peserta untuk berpikir sekaligus merenung. Keputusan tetap dimasing-masing individu peserta.
Memang, banyak muridnya mengatakan bahwa penyampaian pak muh penuh filosofis dan hikmah yang mengatarkan muridnya menjadi diri sendiri, sebagai hamba sekaligus kholifah.
Pak muh lahir 21 Desember 1939 dan wafat 18 Oktober 2011, jadi tutup usia beliau berumur 72 tahun. Pak muh membimbing kumpulan pengajian yang diberi nama Barzakh, terakhir meliputi Jakarta, Bandung, sragen dan dirumahnya, sekarjalak Pati. Pengajian ini sudah rutin hampir dua belas tahun.
Sebagaimana seorang guru yang lain, pak muh juga menerbitkan karya, itupun karena banyak muridnya yang memaksa dituliskan agar bisa dibaca orang lain yang belum pernah bersentuhan langsung dengan pak muh. Karyanya antara lain, Qosidah Cinta, diterbitkan pustaka. Langit-langit Desa, diterbitkan Mizan. Nama Allah yang ke Seratus, diterbitkan Serambi. Dan terakhir, Hidup lebih bermakna diterbitkan Serambi.
Topik utama pak muh hanya tiga hal, ketauhidan. Kenyataan dan kemungkinan. Pertama, ketauhidan. Bagaimana muridnya memahami, menghayati dan melaksanakan ketauhidan dalam kehidupan nyata. Kedua,Kenyataan. Hidup haruslah bersama-sama orang lain. Menanggapi fakta sebagai kenyataan terbaik yang harus direspon secara positif dan menerima dengan suka rela.
Ketiga,Kemungkinan. Sesuatu yang masih belum terjadi, masa depan dan penuh dengan misteri. Dengan begitu, manusia harus menjalani hidup sebaik mungkin agar kemungkinan yang terjadi juga sebaik mungkin.
Berbagi Ajaran

Manusia adalah ciptaan yang terbaik, lebih penting dari semua hal, Semua hal yang ada dalam semesta. Maka penghormatan kepada manusia harus didahulukan dalam kondisi dan situasi apapun. Kesadaran ini haruslah dipunyai setiap orang, di rumah, ke pasar, kuliah, kantor dan sebagainya.
Kalau melihat segala sesuatu, kita sebagai manusia dilarang mencela apalagi berkata buruk, terlebih lagi mengutuk baik secara lisan maupun hati. Semua kenyataan memberi ‘tanda’ kepada kita untuk tidak meniru, karena segala hal yang kurang baik hakikatnya memberi pelajaran kepada kita agar lebih baik.
Apapun yang diberikan Allah kepada manusia merupakan sesuatu yang terbaik dibandingkan dengan sesuatu yang belum diberikan. Menerima dengan mengucap “ini yang terbaik buat saya saat ini”.
Kita harus sadar bahwa apa-apa yang enak adalah pemberian Allah kepada manusia untuk memperbaiki jasmani (fisik), begitu juga sebaliknya, hal-hal yang kurang enak merupakan upaya Allah memperbaiki ruhani manusia. Bukankah agama kita mengajarkan bahwa ruhani lebih penting dari jasmani!.
Bila diri kita baik, jagad raya akan baik. Orang baik akan dikumpulkan dengan orang-orang yang baik. Makanya kita tidak usah mikir yang panjang, muluk-muluk, apa-apa yang kita ‘ngerteni’-ketahui- kita aktualkan menjadi kenyataan agar kita mengerti ada nilainya atau tidak.
Dari mengetahui, manusia menjadi sadar. Dari kesadaran, manusia berubah menjadi gerak. Dari gerak, berubah menjadi energi. Dari energi, berubah menjadi nilai. Dari nilai, berubah menjadi potensi. Dari potensi, berubah menjadi amal soleh.
Dengan begitu, kebaikan yang kita miliki harus diselalu ditransformasikan kepada yang lain, agar kita dapat kebaikan yang lebih. Wong, awalnya kita saja yang menjalani kebaikan, kemudian ada dua, tiga dan seterusnya yang melakukan kebaikan niscaya semesta lebih baik.
Menilai kemampuan bukan pada jumlah yang kita miliki, tetapi sanggupkah kita merelakan kepemilikan kepada yang lebih membutuhkan dari diri sendiri. Dengan syarat, semua kemampuan harus dilandasi dengan rasa cinta kepada sesama dan pengabdian kepada Allah. Kita tahu, ibadah yang tak dilandasi cinta adalah hampa. Tidak bernilai.
Manusia dalam kehidupan nyata tak bisa lepas dari dua pilihan, sebagai subjek atau objek. Manusia sebagai subjek, kalau ia mau melakukan, berbuat dan bertindak nyata. Manusia akan menjadi objek bila manusia berada dalam keadaan diluar sebagai subjek makanya harus rela. Ikhlas.
Seseorang yang memiliki keyakinan Allah yang ahad (satu) akan memahami bahwa semesta adalah ciptaan, tumbuh-tumbuhan adalah ciptaan, hewan adalah ciptaan dan manusia juga adalah ciptaan. Tapi ada yang tidak ciptaan dalam diri manusia yakni Ruh.
Allah berfirman dalam al-Qur’an ” Aku tiupkan ruh-KU kepada mu ”. Jadi ada sisi ketuhanan dalam diri manusia yang tidak disadari. Tak salah, jika manusia diperintahkan selalu menjalankan kebaikan. Karena dengan menjalani kebaikan akan mempercepat liqa’ (bertemu) dengan Allah. Sebagaimana firman Allah kirang lebih berbunyi “Barang siapa ingin bertemu dengan Allah maka berbuatlah amal kebaikan”.
Walaupun begitu, dalam hidup sehari-hari, berbeda itu sakit. Wajar, jika sesama manusia harus saling melengkapi, saling memberi dan saling membutuhkan. Makanya interaksi penting untuk saling mengerti. Dan dalam interaksi ada penderitaan, tidak suka, mau menang sendiri, tidak mau mengalah dan sebagainya. Tetpi yang harus kita mengerti adalah melalui interaksi manusia didewasakan Allah.
Memang, Dalam setiap peristiwa sehari-hari, sering sekali akal tidak mampu merespon kenyataan dengan baik, lalu bagaimana? Karena ketidakmampuan akal itulah kita harus mempunyai pijakan, yakni berpijak ingin mengabdi kepada Allah. Itulah yang disebut Amr (perintah)
Allah senantiasa menyapa hambanya dalam bentuk Perintah. Manusia yang sensitif akan merasa dan mudah merespon perintah itu dengan baik bukan malah membela diri. Buktinya apa? Baru jelas itu kemauan Tuhan jika dalam melaksanakan itu sakit. Berat.
Semua itu, tidak lain, Allah ingin mengajak manusia pulang ke rumah sebenarnya, yakni Allah Swt.
Sebagai penutup, kami sajikan tulisan hikmah pak muh dalam buku langit-langit desa; Guru yang lebih sempurna.
Ketika seorang guru hampir meninggal, semua keluarga dan murid-muridnya menangis di sisi tempat tidurnya. Karena perbuatan itu tidak layak dilakukan, guru mereka berkata menghibur:
"Tidak perlu kalian menangis! Aku sudah biasa menjenguk rumahku disana. Bersih, terang dan luas. Sungguh menyenangkan sekali tinggal disana!"
"Maaf guru! Kami sedang menangisi diri sendiri," kata seorang murid.
"Itu pun tak perlu! Karena kamu akan mendapatkan seorang guru yang lebih sempurna sebagai penggantiku" bujuk guru.
"Siapa dia? Katakanlah sekarang, guru! Kami berjanji akan mencarinya sampai ketemu!"desak murid.
"Dia adalah guru yang tak akan pernah mati!" tutur guru seraya memejamkan mata.
(Sekarjalak, 2-5-1992)

PENGADER, RAMADHAN, DAN MASYARAKAT CITA HMI

Pauzan Septiawan
(Tulisan ini sebagai syarat untuk mengikuti SC III Wonosobo 2008)

Bulan Romadhan di turunkan didalamnya Al-Qur’an yang menjadi petunjuk dan pebeda antar yang haq dan bathil, barang siap yang menjumpainya hendaklah ia berpuasa.... ( Ayat )


HMI MPO sebagai oraganisasi perkaderan yang menerapkan sistem perkaderan dalam membentuk kader yang militan, intelektual, dan bermoral. Dan itu mempunyai peran yang sangat urgen bagi terwujudnya oraganisasi yang mapan dan turut memperkuat sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam perkaderan, kuwantitas sangat di perlukan, akan tetapi kuwantitas bukan segalanya dan yang sangat penting adalah kwalitas kader itu sendiri. Mengutamakan kualitas sebagai usaha untuk meningkatkan kwalitas indidvidu kader yang nantinya bisa di harapakn untuk bisa di transformasikan ke masyarakat luas. Dalam jenjang pendidikan umum di HMI melalui beberapa tahap, dari Basic Training (LK I), Intermediate Training ( LK II ), , dan Advance Training ( LK III ). Dan pendidikan khusus yakni Senior Course ( SC ), SC ini kemudian untuk mencetak para pengader-pengader yang tangguh yang dapat melahirkan kader-kader yang militan.
Pengader HMI adalah setiap kader yang telah melewati jenjang pendidikan LK I , dan untuk menjadi pengader yang punya legalitas dalam kepemnaduan dan berbagai pelatihan lainnya adalah kader yang telah melewati pase jenjang pelatihan LKI, LK II serta telah lulus dalam SC. Seorang pengader mempunyai peran yang sangat penting dalam proses perkaderan dan kemudian ini bisa dijadikan barometer bagi organisasi untuk menentukan kualitas organisasinya.

Orang-orang yang beriman telah di seru oleh Allah untuk melaksanakan puasa bulan Ramadhan ketika mereka bertemu dengannya, bulan yang senantiasa diharapkan kedatangannya oleh para mu’miniin di seluruh dunia. Sapaan Allah pun begitu indah didalam Al-Qur’an. Dengan bahasa yang sangat menghormati dan memuliakan mu’min Allah memanggil untuk melaksanakan kewajiban ini. Bulan ramadhan bukanlah hanya sebagi ritual agama saja, akan tetapi makna yang terkandung didalamnya sarat dengan kebajikan-kebajikan bagi seluruh umat manusia. Bulan ramadhan juga hendaklah menjadi sebuah moment yang tepat bagi terciptanya sebuah perubahan sosial yang ada di dalam masyarakat kita.

Perubahan zaman dari waktu ke waktu telah menyebabkan perubahan sosial yang ada di dalam masyarakat dan kondisi global yang yang ada di dunia. Tantangan-tantangan yang kita hadapi pun semakin beragam. Dengan kompleksitas problem tersebut ketika tidak disikapi dengan baik dan bijaksana akan dapat menjerumuskan kita kedalam keterpurukan.

Pengader HMI Dan Tanggung Jawab Kebangsaan
Bulan Romadhan selain bulan untuk berpuasa (Syahru As Shiyaam) ia juga merupakan bulan pendidikan (Syahru At Tarbiyyah), dimana pada bulan ini juga menjadi senuah moment yang sanghat baik untuk mendidik diri kita menjadi insan yang bertaqwa seperti yang telah di sebbutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan itu adalah kualitas yang tertinggi bagi seorang mukmin. Rosulullah SAW menjadikan bulan romadhan sebagai wahana untuk meningkatkan kualitas dirinya dan para sahabat, melalui halqoh-halaqoh kecil rosul SAW kemudian mengajarkan para sahabat akan keimanan kepada Allah, berbuat baik kepada sesama dan lebih dari itu, beliau juga mernacang bagaimana tatanan masyarakt yan gideal akan dapat terbentuk. Dan hasil dari apa yan telah rosulullah ajarkan telah tampak kemuadian dengan terbentuknya masyarakat Madinah yang hidup dengan damai dan sejahtera.

Kemudian kalau kita kontekskan dengan kondisi ke Indonesiaan sekarang, dimana dalam perjalanannya setelah reformasi mengalami banyak sekali krisis diantaranya adalah krisis pemimpin dan krisis moral. Tidak hanya itu saja, paradigma masyarakat yang sangat cenderung sangat diam dan menerima telah membuat kesadaran-kesadaran kritis akan kondisi sosial yang sangat tidak menentu telah hilang yang ini kemudian semakin memberi peluang bagi orang asing untuk dapat meng intervensi bangsa ini. Ditambah lagi dengan kondisi moral para bapak-bapak besar yang ada di pemerintahan yang sangat mementingkan pribadi mereka. Semakin mirislah kita membayangkan hal ini.

Pengader, yang mempunyai amanah yang sangat besar untuk melakukan perubahan melalui pelatihan-pelatihan yang ada di jenjang pendidikan HMI kemudian mempunyai tanggung jawab yang besar pula untuk menciptakan perubahan bagi bangsa Indonesia. Dan Romadhan menjadi bulan yang sangat penting untuk dijadikan sebgai stasiun atau titik tolak sebagai langkah awal bagi perubahan tersebut. Pendidikan yang berkualitas bagi kader
HMI adalah tanggung jawab bagi pengader, dan nantinya itu bisa berimplikasi pada masyarakat sekitar bahkan lebih luas lagi bagi bangsa kita.

Paulo Freire, seorang pakar pendidikan telah mengatakan bahwa pendidikan yang humanis akan sangat berpengaruh untuk merubah paradigma berfikir masyarakat untuk menjadi lebih kritis terhadap lingkungan sosial, dan pendidikan tersebut telah di contohkan oleh Rosulullah dan para sahabat melalui halaqoh-halaqohnya. Dan ini terbukti sangat efektif untuk melakukan penyadaran penyadaran bagi masyarakat dan tatanan masyarakat yang diharapkanpun bisa terwujud. Romadhan, sebagi bulan yang didalamnya terdapat beribu kebaikan dan keberkahan akan menjadi stasiun yang sangat efektif untuk membekali diri kita dengan berbagai bekal pengetahuan dan wawasan yang kemudian dengan bekal tersebut dapat menjadi stock perbekalan selama menjalani perjalanan yang sangat panjang.

Ajaran Rosulullah tersebut sangat efektif untuk diterapkan didalam organisasi HMI MPO, melakukan penyadaran melalui halaqoh yang dibimbing oleh seorang pengader atau lebih, yang didalamnya terjadi aktivitas pembelajaran, diskusi, introspeksi dan kemudian dapat merancang agenda-agenda besar yang memungkinkan untuk di terapakan di tengah-tengah masyarakat. Bimbingan dan pendampingan ini pula yang kemudian dapat menyadarkan masyarakat dari ketertindasannya, lebih dari itu kemudian kita berharap dengan proses perkaderan juagalah masyarakat dapat bersuara lantang menyuarakan hak-haknya yang selama ini telah di dzholimi.

Masyarakat cita HMI yang menjadi tujuan dari segala proses ini tidak akan dapat terwujud ketika individu-individu yang ada di dalamnya tidak mencerminkan seorang pengader yang baik. Sebagai kholifah Allah di muka bumi ini, seorang pengader harus mempunyai sifat-sifat yang dapat menjadi contoh yang baik bagi para kader dan masyarakt luas. Sifat sebagi seorang pemimpin, pendidik, pejuang dan juga sebagai seorang masyrakat yang hidup dalam lingkungan sosial. Dan perjuangan yang dilakuakn oleh seorang pengader tidak tanpa aral dan duri yang merintang, butuh perjuangan yang sangat gigih serta kesabaran yang tinggi untuk dapat melewati hal-hal terebut. Dan semoga dengan bulan Romadhan ini menjadi sarana yan baik bagi pembentukan diri pengader dalam membina dirinya menjadi insan ulil albab, dan dengan romadhan juga cita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang ideal dapat terwujud. Amiien...

“Keteladan Pengader dalam Menjaga Amanah Perkaderan dan Perjuangan HMI”

“Sesungguhnya telah ada pada [diri] Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu [yaitu] bagi orang yang mengharap [rahmat] Allah dan [kedatangan] hari kiamat dan dia banyak menyebut” Allah.
(QS.al-Ahzab/33:21)

”Tanda-tanda orang munafiq itu ada tiga : Bila berbicara ia bohong, bila berjanji ia ingkar,
bila diberi amanah dia khianat”
(HR.Bukhari Muslim)

Negara Indonesia kini sedang dilanda krisis multidimensi, meskipun sedang bangkit meyongsong kehidupan yang lebih baik. Sebagai sebuah bangsa besar, menurut beberapa tokoh negara ini sepertinya sudah diambang jalan terjal ketidak-menentuan karena kegalauan para pemimpinnya. Banyak sekali persoalan keummatan dan kebangsaan yang datang silih berganti tanpa ada hasil penyelesaian yang baik. Belum lagi para pemimpin di negeri ini banyak yang tidak menjalankan peran dan fungsi kenegaraannya dengan sebaik mungkin. Suap dan korupsi dimana-mana, ditambah lagi tabiat, perangai serta prilaku beberapa dari mereka sudah di luar kewajaran (tuna moral). Seakan-akan kita mulai bingung untuk memilih seorang pemimpin bangsa untuk dijadikan suri tauladan, dipercaya dan layak diikuti.


Salah satu krisis yang juga melanda negara kita tercinta saat ini yaitu, krisis keteladanan. Mengutip pendapat Anies Baswedan; bahwa para pengurus republik ini memang sukses membangun kekesalan kolektif dan menanamkan pesimisme sehingga mereka juga layak menuai kekecewaan dari masyarakat. Lain daripada itu juga; Harapan, kepercayaan, pengertian, toleransi, kesabaran, dan pemakluman rakyat habis untuk dikuras (Kompas, 25/7/11). Bahkan beberapa pengamat menganggap Negara kita dianggap sudah diambang ancaman sebagai negara gagal karena tidak bisa berfungsi dan berperan sebagai entitas sebuah Negara. Oleh karenanya sekarang, kita membutuhkan seseorang yang bisa menjadi contoh yang baik dan mempunyai integritas atau uswah hasanah seperti halnya rasulullah SAW.
Kalau kita telaah lebih dalam, sebagai pemimpin umat rasulullah betul-betul memberikan contoh bahwa lisan dan perilaku beliau selalu selaras dengan komitmen dan janji-janjinya sedari beliau masih muda. Maka tidak heran, belum menginjak dewasa beliau sudah diberi gelar oleh penduduk quraisy dengan sebutan “Al-Amin” yang artinya dapat dipercaya. Disamping itu terdapat pula sifat-sifat kenabian yang tercermin dalam diri beliau yang lama menjadi aras idealita dan pri hidup umat muslim hingga kini, yaitu; Shidiq, amanah, tabligh, fathanah. Berkat kualitas dan citra diri tersebut beliau dapat mempengaruhi orang lain, sukses menjadi seorang pemimpin besar, dan dicatat namanya dalam sejarah dunia. Tak heran, salah seorang penulis barat; Michael W Hart, bahkan menempatkan beliau peringkat pertama 100 tokoh paling berpengaruh di dunia.
Keteladanan Seorang Pengader HMI
Keteladanan berasal dari kata teladan yang artinya hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh. (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 2000:619). Keteladanan dapat diartikan wujud dari usaha yang dilakukan seseorang dengan sadar tercermin pada sikap perilaku untuk mencapai tujuan tertentu. Keberhasilannya dapat diukur dengan indikator perubahan perilaku orang yang menjadikannya figur panutan menjadi selaras seimbang sesuai dengan tujuan tertentu yang dikehendaki (Utami, 2000). Akan tetapi keteladanan bukanlah sekedar teori ia adalah realita yang harus dihadirkan dalam kenyataan (aktualisasi dan transformasi). Oleh karena itu Keteladanan merupakan bagian yang cukup penting dalam proses kehidupan keluarga, bermasyarakat dan berbangsa.
Begitu pula ketika kita berbicara tentang Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Organisasi yang mendakwahkan dirinya sebagai wadah perkaderan dan perjuangan, sudah barang tentu harus memperhatikan aspek pendidikan transformatif tadi berbasis keteladanan. Karena dalam sejarah perjalanannya, HMI adalah organisasi komunikasi dan tempat berkumpulnya mahasiswa Islam akan tetapi karena pergolakan drastis bangsa ini di bidang politik, ekonomi, sosial ikut mempengaruhi dinamikanya dan menyebabkan tugas-tugas organisasi semakin kompleks. Sehingga pada masa Ismail Hasan Metareum (periode 1957-1960) HMI berubah fungsi menjadi organisasi kader atau “Perangkat Penyaring” dan tempat berlatih “Kawah Candradimuka” (Tawang Alun; 1990: 29). HMI pun mulai melakukan semacam pemilihan, penyaringan, pengolahan, dan pembinaan bagi para anggota dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada masa depan dengan memperhatikan asas-asas ketaqwaan, kejuangan, keummatan, kesinambungan, kemandirian, persaudaraan, dan asas keteladanan.
Akan tetapi, untuk menyukseskan proses perkaderan yang baik dan efektif diperlukan suatu komponen utama yang selalu siap berjuang dalam kondisi apapun untuk mewujudkan tujuan organisasi. Dia adalah pengader, sosok yang diharapkan sebagai pendorong terjadinya perubahan, pembaharuan, dan yang banyak bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup mati organisasi ini. Maka seorang pengader dituntut agar melakukan pembenahan pribadi dan melakukan upaya penempaan personal secara maksimal mungkin menuju kualitas diri yang paripurna yaitu sosok ulil albab. Oleh karena itu, seorang pengader HMI dikiaskan seperti “nabi”, ia adalah cahaya yang menerangi sekitarnya sebab ia juga dianggap sebagai panutan dan teladan yang suatu saat ia akan menghasilkan sebuah sunnah (tradisi) yang akan dikuti oleh generasi (kader) penerusnya, baik perkataan sampai perbuatan.
Amanah Perkaderan dan Perjuangan
Pada dasarnya manusia diperintahkan Allah SWT untuk menyampaikan amanah, melaksanakan keadilan dan menjaga kepercayaan (An-Nisa; 58). Amanah dalam makna luas berarti menjaga diri sendiri, atau menunaikan tugas yang diberikan kepadanya. Kata amanah berasal dari kata dasar bahasa arab a-mu-na yang berarti : penunjuk jalan, jujur dan dapat dipercaya. Kata amanah juga mempunyai diksi kata dengan iman yang berasal dari bahasa arab a-mi-na yang mempunyai arti : iman atau tunduk (Kamus al-munawwir, 1997:40). Maka setidaknya terdapat keterkaitan antara iman dengan perilaku amanah seseorang karena berasal dari satu akar kata. Dengan demikian dapat dipahami bahwa amanah merupakah salah satu tanda orang beriman begitu pula sebaliknya bila tidak dijaga merupakan tanda bagi orang yang munafiq.
HMI sebagai organisasi pekaderan dan perjuangan mempunyai tujuan mulia yang suci, dan itu menjadi tugas para kader untuk mewujudkan tujuan tersebut tercapai. Perkaderan adalah proses pembentukan dan pembinaan anggota menjadi Kader ideal yang berlandaskan kepada Ideologi/Platform organisasi. Perkaderan HMI merupakan suatu program terencana, terarah, terus-menerus dan terangkai dalam suatu kesatuan yang terpadu dalam mempersiapkan anggota dan pengader sebagai subyek dan pendukung gerak organisasi untuk mewujudkan tujuan. Terencana disusun untuk membentuk para anggota (Mahasiswa) menjadi kader cita HMI atau pribadi-pribadi muslim yang kaffah dan unggul yang terformulasikan dalam al-Quran dengan istilah insan “ulil albab”.
Sedangkan perjuangan HMI adalah usaha yang dilakukan secara sadar untuk mewujudkan tujuannya yang termaktub dalam konstitusi dan Nilai-nilai normatif tekstual (Pedoman perkaderan dan khittah perjuangan) yang menjadi jalan/ rel perkaderan HMI adalah kerangka sekaligus acuan sebagai bagian dari pergerakan perkaderan dan perjuangannya. Maka terlaksananya segala proses, usaha, gerak dan perwujudan tercapainya tujuan HMI adalah bagian yang integral dari amanah perkaderan dan perjuangan. Oleh karena itu, sebagai insan pengemban amanah kenabian seorang pengader dituntut agar selalu konsisten dan istiqomah atas segala sesuatu yang dipercayakan orang lain kepada dirinya. Ia harus mampu mengawal segala bentuk, proses, indicator keberhasilan perkaderan dan perjuangan tercapai maksimal, Karena seluruh proses perkaderan dan perjuangan diarahkan untuk mewujudkan tujuan HMI.
Namun proses kaderisasi atau perkaderan HMI tidak akan mencapai hasil yang obyektif dan maksimal ketika tidak dilakukan secara profesional apalagi tanpa ditopang oleh para pengader-pengader handal dan berkualitas. Disinilah perlunya sosok para pengader teladan yang amanah (Layak dikuti), ia adalah cermin bagi orang lain, Ibarat “guru kencing berdiri maka murid kencing berlari”. Maka dari itu seyogyanya pula segala prototip/ citra ideal rasulullah SAW mengendap di dalam jiwa seorang pengader HMI. Sebab dalam sosoknya terdapat fitrah yang menjadi kepribadian utuh pengader yaitu; sebagai pendidik (Penjaga nilai-nilai Islam), pemimpin (Penjaga ukhuwah islamiyah), dan pejuang (Pelopor amar ma’ruf nahi munkar). (Pedoman Pengader, hal 2).
Oleh karena itu selain memberi contoh yang baik (teladan), seorang pengader juga harus dapat menjaga kepercayaan dalam menjalankan amanah organisasi dan mengawal tercapainya tujuan organisasi tersebut. Sebab segala sesuatu yang datang kepada dirinya yang berkaitan dengan perkaderan dan perjuangan adalah bagian dari amanat organisasi yang sebaiknya dijalankan semaksimal mungkin sebagai bukti peran dan tugas pengader selain sebagai pengelola pelatihan-pelatihan HMI. Maka dimulai dari Senior Course ke-83 ini mari kita arahkan sinergisitas gerak HMI menuju perkaderan dan perjuangan yang optimal dan lebih baik lagi Wallahu’alam bis shawab