SELAMAT DATANG DI CYBER MEDIA KP HMI CABANG YOGYAKARTA

18 Februari 2012

“Keteladan Pengader dalam Menjaga Amanah Perkaderan dan Perjuangan HMI”

“Sesungguhnya telah ada pada [diri] Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu [yaitu] bagi orang yang mengharap [rahmat] Allah dan [kedatangan] hari kiamat dan dia banyak menyebut” Allah.
(QS.al-Ahzab/33:21)

”Tanda-tanda orang munafiq itu ada tiga : Bila berbicara ia bohong, bila berjanji ia ingkar,
bila diberi amanah dia khianat”
(HR.Bukhari Muslim)

Negara Indonesia kini sedang dilanda krisis multidimensi, meskipun sedang bangkit meyongsong kehidupan yang lebih baik. Sebagai sebuah bangsa besar, menurut beberapa tokoh negara ini sepertinya sudah diambang jalan terjal ketidak-menentuan karena kegalauan para pemimpinnya. Banyak sekali persoalan keummatan dan kebangsaan yang datang silih berganti tanpa ada hasil penyelesaian yang baik. Belum lagi para pemimpin di negeri ini banyak yang tidak menjalankan peran dan fungsi kenegaraannya dengan sebaik mungkin. Suap dan korupsi dimana-mana, ditambah lagi tabiat, perangai serta prilaku beberapa dari mereka sudah di luar kewajaran (tuna moral). Seakan-akan kita mulai bingung untuk memilih seorang pemimpin bangsa untuk dijadikan suri tauladan, dipercaya dan layak diikuti.


Salah satu krisis yang juga melanda negara kita tercinta saat ini yaitu, krisis keteladanan. Mengutip pendapat Anies Baswedan; bahwa para pengurus republik ini memang sukses membangun kekesalan kolektif dan menanamkan pesimisme sehingga mereka juga layak menuai kekecewaan dari masyarakat. Lain daripada itu juga; Harapan, kepercayaan, pengertian, toleransi, kesabaran, dan pemakluman rakyat habis untuk dikuras (Kompas, 25/7/11). Bahkan beberapa pengamat menganggap Negara kita dianggap sudah diambang ancaman sebagai negara gagal karena tidak bisa berfungsi dan berperan sebagai entitas sebuah Negara. Oleh karenanya sekarang, kita membutuhkan seseorang yang bisa menjadi contoh yang baik dan mempunyai integritas atau uswah hasanah seperti halnya rasulullah SAW.
Kalau kita telaah lebih dalam, sebagai pemimpin umat rasulullah betul-betul memberikan contoh bahwa lisan dan perilaku beliau selalu selaras dengan komitmen dan janji-janjinya sedari beliau masih muda. Maka tidak heran, belum menginjak dewasa beliau sudah diberi gelar oleh penduduk quraisy dengan sebutan “Al-Amin” yang artinya dapat dipercaya. Disamping itu terdapat pula sifat-sifat kenabian yang tercermin dalam diri beliau yang lama menjadi aras idealita dan pri hidup umat muslim hingga kini, yaitu; Shidiq, amanah, tabligh, fathanah. Berkat kualitas dan citra diri tersebut beliau dapat mempengaruhi orang lain, sukses menjadi seorang pemimpin besar, dan dicatat namanya dalam sejarah dunia. Tak heran, salah seorang penulis barat; Michael W Hart, bahkan menempatkan beliau peringkat pertama 100 tokoh paling berpengaruh di dunia.
Keteladanan Seorang Pengader HMI
Keteladanan berasal dari kata teladan yang artinya hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh. (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 2000:619). Keteladanan dapat diartikan wujud dari usaha yang dilakukan seseorang dengan sadar tercermin pada sikap perilaku untuk mencapai tujuan tertentu. Keberhasilannya dapat diukur dengan indikator perubahan perilaku orang yang menjadikannya figur panutan menjadi selaras seimbang sesuai dengan tujuan tertentu yang dikehendaki (Utami, 2000). Akan tetapi keteladanan bukanlah sekedar teori ia adalah realita yang harus dihadirkan dalam kenyataan (aktualisasi dan transformasi). Oleh karena itu Keteladanan merupakan bagian yang cukup penting dalam proses kehidupan keluarga, bermasyarakat dan berbangsa.
Begitu pula ketika kita berbicara tentang Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Organisasi yang mendakwahkan dirinya sebagai wadah perkaderan dan perjuangan, sudah barang tentu harus memperhatikan aspek pendidikan transformatif tadi berbasis keteladanan. Karena dalam sejarah perjalanannya, HMI adalah organisasi komunikasi dan tempat berkumpulnya mahasiswa Islam akan tetapi karena pergolakan drastis bangsa ini di bidang politik, ekonomi, sosial ikut mempengaruhi dinamikanya dan menyebabkan tugas-tugas organisasi semakin kompleks. Sehingga pada masa Ismail Hasan Metareum (periode 1957-1960) HMI berubah fungsi menjadi organisasi kader atau “Perangkat Penyaring” dan tempat berlatih “Kawah Candradimuka” (Tawang Alun; 1990: 29). HMI pun mulai melakukan semacam pemilihan, penyaringan, pengolahan, dan pembinaan bagi para anggota dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada masa depan dengan memperhatikan asas-asas ketaqwaan, kejuangan, keummatan, kesinambungan, kemandirian, persaudaraan, dan asas keteladanan.
Akan tetapi, untuk menyukseskan proses perkaderan yang baik dan efektif diperlukan suatu komponen utama yang selalu siap berjuang dalam kondisi apapun untuk mewujudkan tujuan organisasi. Dia adalah pengader, sosok yang diharapkan sebagai pendorong terjadinya perubahan, pembaharuan, dan yang banyak bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup mati organisasi ini. Maka seorang pengader dituntut agar melakukan pembenahan pribadi dan melakukan upaya penempaan personal secara maksimal mungkin menuju kualitas diri yang paripurna yaitu sosok ulil albab. Oleh karena itu, seorang pengader HMI dikiaskan seperti “nabi”, ia adalah cahaya yang menerangi sekitarnya sebab ia juga dianggap sebagai panutan dan teladan yang suatu saat ia akan menghasilkan sebuah sunnah (tradisi) yang akan dikuti oleh generasi (kader) penerusnya, baik perkataan sampai perbuatan.
Amanah Perkaderan dan Perjuangan
Pada dasarnya manusia diperintahkan Allah SWT untuk menyampaikan amanah, melaksanakan keadilan dan menjaga kepercayaan (An-Nisa; 58). Amanah dalam makna luas berarti menjaga diri sendiri, atau menunaikan tugas yang diberikan kepadanya. Kata amanah berasal dari kata dasar bahasa arab a-mu-na yang berarti : penunjuk jalan, jujur dan dapat dipercaya. Kata amanah juga mempunyai diksi kata dengan iman yang berasal dari bahasa arab a-mi-na yang mempunyai arti : iman atau tunduk (Kamus al-munawwir, 1997:40). Maka setidaknya terdapat keterkaitan antara iman dengan perilaku amanah seseorang karena berasal dari satu akar kata. Dengan demikian dapat dipahami bahwa amanah merupakah salah satu tanda orang beriman begitu pula sebaliknya bila tidak dijaga merupakan tanda bagi orang yang munafiq.
HMI sebagai organisasi pekaderan dan perjuangan mempunyai tujuan mulia yang suci, dan itu menjadi tugas para kader untuk mewujudkan tujuan tersebut tercapai. Perkaderan adalah proses pembentukan dan pembinaan anggota menjadi Kader ideal yang berlandaskan kepada Ideologi/Platform organisasi. Perkaderan HMI merupakan suatu program terencana, terarah, terus-menerus dan terangkai dalam suatu kesatuan yang terpadu dalam mempersiapkan anggota dan pengader sebagai subyek dan pendukung gerak organisasi untuk mewujudkan tujuan. Terencana disusun untuk membentuk para anggota (Mahasiswa) menjadi kader cita HMI atau pribadi-pribadi muslim yang kaffah dan unggul yang terformulasikan dalam al-Quran dengan istilah insan “ulil albab”.
Sedangkan perjuangan HMI adalah usaha yang dilakukan secara sadar untuk mewujudkan tujuannya yang termaktub dalam konstitusi dan Nilai-nilai normatif tekstual (Pedoman perkaderan dan khittah perjuangan) yang menjadi jalan/ rel perkaderan HMI adalah kerangka sekaligus acuan sebagai bagian dari pergerakan perkaderan dan perjuangannya. Maka terlaksananya segala proses, usaha, gerak dan perwujudan tercapainya tujuan HMI adalah bagian yang integral dari amanah perkaderan dan perjuangan. Oleh karena itu, sebagai insan pengemban amanah kenabian seorang pengader dituntut agar selalu konsisten dan istiqomah atas segala sesuatu yang dipercayakan orang lain kepada dirinya. Ia harus mampu mengawal segala bentuk, proses, indicator keberhasilan perkaderan dan perjuangan tercapai maksimal, Karena seluruh proses perkaderan dan perjuangan diarahkan untuk mewujudkan tujuan HMI.
Namun proses kaderisasi atau perkaderan HMI tidak akan mencapai hasil yang obyektif dan maksimal ketika tidak dilakukan secara profesional apalagi tanpa ditopang oleh para pengader-pengader handal dan berkualitas. Disinilah perlunya sosok para pengader teladan yang amanah (Layak dikuti), ia adalah cermin bagi orang lain, Ibarat “guru kencing berdiri maka murid kencing berlari”. Maka dari itu seyogyanya pula segala prototip/ citra ideal rasulullah SAW mengendap di dalam jiwa seorang pengader HMI. Sebab dalam sosoknya terdapat fitrah yang menjadi kepribadian utuh pengader yaitu; sebagai pendidik (Penjaga nilai-nilai Islam), pemimpin (Penjaga ukhuwah islamiyah), dan pejuang (Pelopor amar ma’ruf nahi munkar). (Pedoman Pengader, hal 2).
Oleh karena itu selain memberi contoh yang baik (teladan), seorang pengader juga harus dapat menjaga kepercayaan dalam menjalankan amanah organisasi dan mengawal tercapainya tujuan organisasi tersebut. Sebab segala sesuatu yang datang kepada dirinya yang berkaitan dengan perkaderan dan perjuangan adalah bagian dari amanat organisasi yang sebaiknya dijalankan semaksimal mungkin sebagai bukti peran dan tugas pengader selain sebagai pengelola pelatihan-pelatihan HMI. Maka dimulai dari Senior Course ke-83 ini mari kita arahkan sinergisitas gerak HMI menuju perkaderan dan perjuangan yang optimal dan lebih baik lagi Wallahu’alam bis shawab

0 komentar: