sumber: as-Saiyidatu Zainabu, Bathalatu Karbila’
Prof. Dr. ‘Aisyah Abdurrahman Bintusy Syathi’
(setelah pertempuran di front agung Karbala, Zainab binti ‘Ali bin Abu Thalib ra, satu dari beberapa tawanan yang selamat dari keturunan Rasulullah saw, menjawab olok-olok Yazid bin Muawiyah, Khalifah bani Umayyah waktu itu, yang sambil mengguris-guris gigi Husin dengan tongkatnya, ia berkata: “Kiranya nenek moyangku yang gugur di perang Badar dahulu, dapat menyaksikan…”.).
“Maha Benar Allah, wahai Yazid !
“kemudian kesudahan orang orang yang jahat itu adalah buruk, bahwa mereka mendustakan ayat-ayat Allah, dan selalu memperolok-olokkan ayat-ayat itu”.(QS. Ar Rum: 10).
Apakah engkau mengira, wahai Yazid,
bahwa pada waktu kami disiksa,
di atas bumi dan di kolong langit ini,
sehingga kami digiring seperti menggiring tawanan,
apakah engkau mengira,
bahwa Allah telah menghinakan kami dan memuliakan engkau?
Engkau mengira bahwa itulah tanda kebesaran dan kewibawaanmu,
lalu engkau mengangkat hidungmu tinggi-tinggi,
merasa kagum melihat kebesaranmu,
merasa riang gembira karena melihat dunia ini dijalin untukmu,
dan segala urusan disusun dibawah telapak kakimu?
Sungguh jika Allah membiarkan engkau,
maka hal itu hanyalah sesuai dengan Firman-Nya,
“janganlah orang-orang kafir itu mengira bahwa Kami memperlambat siksa mereka itu untuk kebaikan bagi diri mereka, sesungguhnya kami memperlambat siksa mereka itu supaya dosa mereka bertambah banyak, dan untuk mereka itulah siksa yang hina”. (QS. Ali Imran: 178).
Apakah termasuk keadilan,
wahai putra wanita yang bebas,
bahwa engkau menempatkan putri-putri dan dayang-dayangmu dalam kamar pingitan,
lalu engkau menggiring putri-putri Rasulullah saw sebagai tawanan,
engkau merobek tabir yang melindungi mereka,
membuat suara mereka sampai parau karena menangis,
dalam keadaan bersedih hati dibawa lari oleh unta,
terbuka diatasnya,
dipersaksikan dengan bersorak sorai oleh musuh-musuh mereka,
dari satu kota ke kota lain,
tidak ada yang mengawasi dan mengurus penginapan mereka,
dipandang sepuasnya oleh orang-orang yang jauh dan yang dekat,
tanpa didampingi seorangpun laki-laki yang dewasa,
yang dekat hubungan kekeluargaanya dengan mereka.
Pantaskah engkau berkata: “kiranya nenek moyangku yang gugur dalam perang Badar itu dapat menyaksikan…”,
tanpa merasa berdosa, tanpa merasa segan, sambil mempermainkan gigi Abu Abdullah, Husin, dengan tongkatmu?
Kenapa pula tidak pantas ya,
memangnya engkau sudah membuat luka itu bernanah kembali,
engkau sudah menumpas kami sampai ke akarnya,
dengan menumpahkan darah-darah yang suci ini,
darah bintang-bintang bumi keturunan Abdul Muthalib?
Sungguh, kelak engkau juga akan kembali kepada Allah,
seperti mereka ini,
dan pada saat itu engkau akan ingin,
menjadi orang yang bisu dan buta…!
Wahai Yazid !
Engkau hanya merobek kulitmu sendiri dan menancapkan tombak kedalam dagingmu sendiri !
Mau tidak mau kelak engkau akan datang menghadap Rasulullah saw,
dan akan menemukan keluarga-keluarga beliau berada di sekelilingnya,
di hadirat Ilahy Yang Maha Kudus,
disaat-saat Allah menghimpunkan kembali,
kesatuan mereka setelah sekian lama terpisah-pisah,
“janganlah engkau mengira bahwa mereka yang terbunuh di jalan Allah itu sudah mati, malahan mereka hidup, mendapat rezeki dihadapan Tuhan mereka”. (QS. Ali ‘Imran: 169).
Engkau dan orang yang menempatkan engkau pada jabatanmu ini,
dan yang memberi kesempatan kepadamu untuk berleluasa terhadap jiwa kaum Muslimin,
semuanya kelak akan tahu,
pada saat kita diadili,
disaat Hakimnya adalah Tuhan kami,
dan lawanmu bertengkar adalah Kakek kami,
kelak anggota-anggotamu akan menjadi saksi terhadap kejahatanmu,
engkau akan tahu siapa diantara kita yang lebih buruk tempatnya dan lebih lemah pasukannya….!
Jika di dunia ini engkau merasa menang,
kelak di akhirat engkau akan kalah,
disaat-saat engkau hanya menghadapi perbuatan yang telah engkau lakukan;
engkau akan minta tolong kepada putera Marjanah, Ubaidullah ibn Ziyad,
dan dia juga akan minta tolong kepadamu !
Engkau kelak akan menjerit di hadapan timbangan pahalamu,
karena engkau akan menemukan disana,
bahwa perbekalan yang paling bermutu,
yang akan engkau bawa kesana adalah membunuh keturunan Nabi Muhammad saw.
Sungguh, demi Allah, saya tidak takut kecuali kepada Allah,
maka dari itu perbuatlah tipu dayamu sekuat tenagamu dan sekuat hatimu !
Sungguh, demi Allah,
tidak akan tanggal dari badanmu celaan terhadap perbuatanmu kepada kami selama-lamanya”.
(at-Thabary dan Ibnu Atsir berkata: “… rakyat Kufah diam membisu, setelah mendengar suara Zainab itu, selama dua tiga bulan, mereka merasa seolah-olah dinding rumahnya berlumuran darah, setiap terbitnya matahari, sampai matahari itu naik… !).
27 Februari 2012
PIDATO KETEGARAN ZAINAB BINTI ‘ALI BIN ABU THALIB kw
14.35
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar