Term of Reference Senior Course 81
Himpunan Mahasiswa Islam
Cabang Yogyakarta
TEMA : Syahadah Pengader Untuk Konsistensi dan Kesucian Perjuangan HMI
LANDASAN PEMIKIRAN
Dan demikian pula kami telah menjadikan kamu (umat islam)”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya, melainkan agar kami mengetahui siapa yang mengikui rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh (pemindahan kiblat) itu sangat berat kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah maha pengasih, maha penyayang kepada manusia
(Al Baqoroh : 143)
Tela’ah Syahadah
Dalam agama Islam syahadah bernilai agung. Syahadah merupakan syarat dan tonggak bagi manusia yang mengikrarkan dirinya untuk berserah kepada Allah sang penguasa alam semesta. Dimana hal itu dibuktikan dengan kesungguhan pengakuan dan pengucapan dua kalimat syahadat (syahadatain) “aku bersaksi tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah”. Sebagai konsekuensinya, maka saksi atau kesaksian ini bukanlah tindakan pasif imajinatif. Saksi atau kesaksian ini merupakan tindakan aktif, rasional intuitif manusia sehingga mempunyai ruang dan waktu pertanggung jawaban dua dimensi tak terpisahkan. Yaitu dimensi teosentris (hablun minallah) dan dimensi antroposentris serta kosmosentris (hablun minal makhluk). Dalam dimensi yang pertama manusia secara individu akan mempertanggungjawabkan seluruh kesaksianya langsung – sebagai sebuah pertanggung jawaban final- di hadapan Allah SWT (Mahkamah Ilahiyah) . Sedang yang kedua manusia tidak saja sebagai individu atau subjek yang berfikir dan merasa (ter-sadar-kan) namun ia juga bermakna kolektivitas, keterkaitan-antar-manusia lainya, yang mempertanggungjawabkan seluruh kesaksianya dalam ruang dan waktu kesejarahan (Mahkamah Sejarah).
Dengan demikian syahadah yang berpangkal pada tauhid mempunyai kekuatan membentuk struktur yang paling dalam barupa akidah, ibadah, syariah, mu’amalah dan akhlaq. Hal ini senada dengan arti integratif syahadah – yang merupakan teks pragmatik dari keimanan – yaitu diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan (amal).
Sejarah pun mencatat syahadah para manusia terpilih dalam setiap gerak peradaban. Manusia-manusia itu dengan sungguh teguh mentransformasikan nilai yang diyakininya ke dalam ruang (ke)sejarah(an). Tentu (ke)sejarah(an) di sini tidak bermakna sebatas ruang ingat - cerita yang heroik maupun romantik bahkan melodramatik. Sesungguhnya ia merupakan ruang-tindak aktif manusia yang tersadarkan akan sebuah pertanggungjawaban nilai, yang senantiasa “ada” dalam peredaran waktu.
Peradaban Islam menjadi bukti nyata syahadah tersebut. Rasul mulia mencontohkanya dengan sempurna sebagaimana yang diikuti oleh para penerusnya. Perjuangan yang ditegakan merupakan syahadah mereka terhadap apa yang diyakini dan miliki. Mereka sepenuhnya sadar bahwa nilai –yang terintegrasi dalam system tauhid serta nilai turunanya itu harus di perjuangkan, dinyatakan dalam keduniawian sehingga menjadi titik beranjak dalam setiap tindakan manusia betapapun berat, rintang membentang, penuh pengorbanan harta, raga dan jiwa. Mereka pun sadar apa yang diperjuangakanya bukan untuk diri mereka semata namun juga untuk umat manusia setelahnya, yang melampaui zamanya. Ketika intimidasi terhadapnya semakin gencar, untuk meninggalkan keyakinanya yang dianggap gharib (asing) dan akan mengancam stabilitas ekonomi politik Arab jahiliyah, Nabi Muhammad berujar “Demi Allah, seandainya mereka letakan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku sekalipun, tidak akan pernah kutinggalkan keyakinan ini.” Sebelum tragedi karbala imam Husein putra Ali bin Abi Thalib menyatakan, “yang kucari bukanlah kemenangan semata, tetapi untuk membuktikan pada sejarah bahwa penerus Muhammad masih sanggup memekikan kebenaran”. Itulah syahadah yang telah jadi laku dan diajarkan, untuk dihayati serta diteladani. Bahwa syahadah akan berakhir dengan indah yaitu syahid.
Syahadah pengader dan Perjuangan HMI
Pengader adalah guru di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Ia menjadi tiang utama penyangga perkaderan dan perjuangan di HMI, organisasi yang telah mentasbihkan dirinya sebagai organisasi perkaderan dan perjuangan. Karenanya Ia pun menjadi refrensi atau rujukan bagi seluruh kader. Referensi atau rujukan tersebut bukan hanya dipandang dalam aspek intelektualitas namun juga perpaduan utuh dari potensi dasar yang dimiliki setiap manusia yaitu, intelekual, emosional dan spiritual. Sehingga pengader mengemban tugas dan tanggung jawab besar yang harus dijalaninya atas dasar laku kesadaran dan keamanahan.
Tugas dan tanggung jawab pengader lahir dari fitrahnya yang terdiri dari pendidik, pemimpin dan pejuang. Trilogi ini menuntut adanya tindak rasional pengader sebagai proses objektifikasi nilai yang diyakininya. Nilai tersebut berasal dari khitoh perjuangan yang merupakan tafsir integral HMI terhadap Islam. Nilai-nilai yang telah di kritisi, dengan pembacaan dekonstruksi dan rekonstruksi harus mampu diendapkanya dalam diri lalu dimaknai dan diejawantahkan. Di sini pengader menemukan konteks syahadahnya yaitu pergumulanya dalam setiap ruang makna dan aksi yang ada di HMI. dengan demikian, dia tidak hanya sekedar meyakini nilai-nilai tersebut, tetapi dia juga melakukan transformasi nilai-nilai itu sekaligus siap untuk menjadi martyr dalam perjuangannya.
Syahadah pengader patut disertai dengan keyakinan tulus nan teguh, kerangka keilmuan yang holistik dan saja’ah yang kukuh mengingat medan perjuangan HMI tidaklah mudah, penuh tantangan dan hambatan. Perjuangan HMI merupakan perjuangan yang mempunyai nilai etis idealis berlandaskan pada kesucian Islam. Hal itu sebagaimana termaktub dalam frase tujuan HMI “terbinanya mahasiswa Islam menjadi insan ulul albab yang turut bertanggung jawab atas terwujudnya tatanan masyarakat yang diridhai Allah SWT”, dan semua argument normatifnya yang berlandaskan pada Al-Quran dan as Sunah. Yang demikian merupakan cita-cita luhur dan mengandung makna yang sangat mendalam di mana setiap kader HMI diteguhkan kembali pemaknaan keimanannya melalui proses penyadaran terhadap makna ulil albab sebagai bentuk dari manusia pilihan yang mulia di sisi Allah SWT. Adapun kualifikasi dari karakter itu adalah: pertama, Mu’abid, insan yang tekun beribadah (mahdhah/ghoiru mahdhah). Kedua, sebagai sosok Mujahid, yang memiliki semangat juang yang tinggi da totalitas di dalamnya. Ketiga, Mujtahid, sosok yang senantiasa mereflesikan secara mendalam permasalahan keumatan dan kemanusian, sehingga segala tindakannya didasarkan pada pilihan sadar dan pertimbangan pemikiran yang benar. Dan keempat, menjadi sosok Mujaddid, yaitu sosok yang mampu memberikan pembaharuan-pembaharuan di setiap segi kehidupan, sehingga mampu melakukan dinamisasi di lingkungannya. Dari sini diharapkan bahwa organisasi ini memiliki kemampuan dalam melakukan perubahan menuju kehidupan yang lebih baik.
Setiap gerak juang HMI tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai luhur yang selama ini diyakininya. Namun tentu di sana, sebagaimana yang terjadi dalam siklus peradaban atau gerak perubahan, selalu saja ada anomali, adanya pergeseran nilai entah dengan sengaja ataupun tidak. Entah karena apatis atau pun sinis. Inkonsistensi akhirnya tumbuh dengan sejumput alasan apologetiknya tuntutan zaman. Sucinya perjuangan pun ternodai oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab dengan alasan semunya, perlu kontekstualisasi yang sesungguhnya di balik itu semua ada tendensi dan intrik, menjadi ironi tersendiri. Hal ini perlu dibenahi, dikembalikan pada khitohnya lalu memaknai kembali sesungguhnya perjuangan HMI. Maka pada tahapan ilmu tak tertulisnya, perjuangan HMI tidak saja transformasi sosial tapi lebih dari itu mampu mentransendensikanya sekaligus. Membawa bumi kembali ke langit, mampu memfanakan yang abadi sekaligus mampu mengabadikan yang fana, membebabaskanya dari segala kungkungan keduniawian yang reduksionis, eksploitatif dan alienatif.
Syahadah pengader kemudian menjadi satu motivasi dalam menjalani jalan perjuangan yang telah dipilih, jalan yang tak pernah kosong dari berbagai macam konsekuensi perjuangannya. Konsistensi harus tertanam kuat dalam setiap jiwa untuk menjaga perjuangan tidak melenceng dari jalanya. Ketika hal ini alpa, terkubur oleh berbagai kepentingan sesaat maka organisasi ini sedang menggali pekuburanya sendiri. jika di dalam jiwa mereka konsistensi sebagai sebuah kesaksian telah tertanam, sebuah tekad teguh tumbuh mengkristal bahwa jalan dan tujuan yang suci ini akan tetap ada dan akan terwujud bersama individu-individu yang konsisten serta komitmen pada perjuangan yang dilandaskan pada nilai-nilai syahadah.
Syahadah pengader inilah yang akan menjaga konsistensi dan kesucian perjuangan HMI. Menjaga HMI agar tetap berjalan pada khitohnya yang sarat dengan nilai-nlai ilahiah yang suci. Tidak mudah tergerus arus deras moderenitas yang bernalar partikularitas. Juga tidak tergiur dengan gerakan politik berhaluan pragmatis dan menjaga jiwa dari gila huru hara budaya massa. Yang menjadikan HMI –dalam sejarahnya- tegas menolak tunduk di hadapan tiran, melawan setiap kedzaliman.
Yakinlah HMI akan hidup bertahun-tahun lamanya, memberikan sumbangsih peradaban bagi umat dan makhluk semesta alam (sedulur papat limo pancer) ketika pengader bersyahadah atas fitrahnya, sebagai pendidik, pemimpin dan pejuang. Dan senior course ke 81 merupakan gerbang awal syahadah tersebut.
SYARAT-SYARAT MENGIKUTI SC
Lulus LK II, wajib dibuktikan dengan sertifikat
Membuat makalah sesuai tema : F4, margin all 3, arial, 11 pt, spasi 1,5.*
Membuat outline khittah perjuangan (berbentuk pointer, bukan resume)*
Hafalan Surat Ad Dhuha – An Nas + surat Al A’la, Al Ghasiyah dan As Shof
Mengikuti semua tes seleksi
*: Makalah dan outline KP dikumpul sebelum tes seleksi, maksimal tanggal 14 desember 2009
MEKANISME PENDAFTARAN
Pendaftaran maksimal tanggal 14 Desember 2009 pukul 00.00 wib, dapat melalui SMS : ketik REG (spasi) NAMA (spasi) KOMISARIAT. Kirim ke 085228065304 an. Awaluddin atau 0274 9277100
PELAKSANAAN
SC dilaksanakan pada hari Jum’at sampai Selasa, tanggal 20-25 Desember 2009. Bertempat di Yogyakarta.
KONTRIBUSI
Biaya Pelatihan Senior Course sebesar 65.000,00 dan pendaftaran sebesar 5000,00
TES SELEKSI
Jadwal tes seleksi sc ditentukan sebagai berikut :
Hari Rabu, 16 Desember 2009 pukul 19.30 – 24.00 :
Tes Pos I (Keislaman), Pos II (Ke HMI an), Pos III (Makalah)
Hari Kamis, 17 Desember 2009 Pukul 19.30-24.00 :
Tes Pos IV (Micro teaching). Semua calon peserta.
Catatan.
Ketentuan berlaku bagi semua Cabang
Pendaftaran setelah tgl 24, tidak diterima dan Bila tes diluar jadwal, tidak dilayani
Kehadiran tes masuk penilaian.
08 Desember 2009
ToR SC 81
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar