Judul : HMI: Keabadian dan Inovasi Gerakan
Editor : Ahmad Nuralam dan Ahmad Sahide
Penerbit : The Phinisi Press Yogyakarta
Tahun terbit : 2009
Hal. : ix + 201
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sejak awal berdirinya telah menyakan komitmennya terhadap ajaran Islam. Komitmen terhadap Islam inilah yang menjadi ruh gerak HMI. Dengan ruh ini pula, HMI membina kader-kadernya menjadi manusia yang berkualitas, kader yang militan. Kemampuan HMI dalam membina kadernya dapat dilihat sejauhmana organisasi itu mampu menjelaskan nilai-nilai kebenaran yang diyakninya dalam satu sistem yang lugas dan mudah dipahami. Dan HMI akan tetap eksis apabila kader-kadernya mampu mengembangkan kapasistas dirinya untuk melesat menuju gerakan spiritual yang disebarkan dalam bentuk amal Soleh.
Demikian beberapa pikiran yang tertuang dalam buku HMI: Keabadian dan Inovasi Gerakan. Buku yang merupakan hasil kumpulan tulisan ini mengupas banyak hal di dalamnya, segala tetek bengek HMI. Secara gasisr besar, buku ini dibagi ke dalam empat bab, yang mereprensitasikan tenang pemikiran keabadian dan inovasi gerkan. Bab I, berbicara tentang HMI dan Pemikiran Keislaman yang memuat dua tulisan. Bab II berisi tentang HMI dan Modrnitas yang antara lai berbicara tentang HMI di tengan Arus Globalisasi, HMI dan Politik Citra yang merupakan tema-tema hangat saat ini. bab III buku ini berisi pemikiran-pemikiran HMI-wati yang menyoroti tentang keberadaan, pembinaan dan gerak Koprs HMI-wati (KOHATI), diantaranya menghadirkan tenatng kepemimpinan dalam perspektif feminis. Dan Bab IV membincang masalah Dinamika Politik Kontemporer yang antara lain berisikan tentang permasalah Golput dan sistem keindonesia. Adapun buku sebagai penutup adalah tulisan Masyhudi Muqarrabin Ph.D yang ketika masih aktif di HMI pernah menjabat sebgai ketua PB HMI.
Sebagai buku yang ditulis secara keroyokan oleh 17 penulis yang kebanyakan adalah orang yang didik dan di besarkan oleh kulut Karangkajen (sekretariat HMI Cabang Yogyakarta), secara ide buku-buku ini bisa dikatakn kurang sistematis, apalagi penyusunannya terburu-buru, yaitu dalam rangka Kongres HMI ke 27 di Yogyakarta. Ini berakibat pula pada tata letak si buku. Namun, keunggulan buku ini adalah dia ditulis oleh orang dalam (sebagaian masih aktif di struktur kepengurusan), yang mengetahui seluk beluk dan ruang dapur HMI. Selain itu, tulisan yang reflektif juga memberikan ruh tersendiri bagi buku ini, selain membeberkan berbagai persoalan yang dihadapi, para penulis juga menwarkan alternatif-alternatif pemecahannya. Dengan demikian, buku ini akan cocok untuk dibaca oleh mereka yang masih aktif ngurus HMI dan juga merka yang berminat terhadp studi tentang HMI. Selamat membaca.
0 komentar:
Posting Komentar